www.hajiakbar.com


MELIHAT DARI DEKAT MASJID NABAWI NAN ANGGUN

oleh  H. Akbar

SEJARAH BERDIRINYA

Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat dan kaum muslimin di tengah kota Madinah. Pembangunannya dimulai pada bulan Rabi’ul Awal Tahun 1 Hijriyah (September 662 M) segera setelah beliau hijrah dari Mekah ke Madinah. Masjid Nabawi dibangun di atas tanah milik anak yatim Sahal dan Suhail yang dibeli dengan harga 10 dinar, dan ditambah tanah wakaf As’ad bin Zurarah serta tanah bekas makam kaum muslimin yang rusak. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Rasulullah SAW dan selanjutnya oleh para sahabat, yang dimulai dari Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pada awalnya masjid ini hanya seluas 1.050 m2, tiang-tiang dan atapnya dibuat dari batang kurma sedangkan penerangannya dari pelepah kurma yang dibakar.

PERLUASAN

Seiring dengan perkembangan jaman, dari waktu ke waktu Masjid Nabawi selalu mengalami perkembangan. Pada bulan Shafar 1405 H atau Nopember 1984 M, Raja Fahd meletakkan batu pertama proyek perluasan Masjid Nabawi yang paling signifikan dan termegah sepanjang sejarah. Setelah tertunda selama satu tahun, tepatnya pada bulan Muharam 1406 H atau Oktober 1985 M, proyek besar ini dimulai dengan penggusuran semua bangunan yang ada di sekitar masjid. Penggusuran pertama meliputi sekitar 100.000 m2 berupa bangunan hotel-hotel bertingkat, pasar dan komplek pertokoan. Kemudian di atas tanah tersebut dibangun masjid baru seluas 82.000 m2 yang mengitari dan menyatu dengan masjid yang sudah ada. Dengan tambahan bangunan baru ini, luas lantai dasar Masjid Nabawi sekitar 98.000 m2 yang dapat menampung 167.000 jemaah. Sedangkan lantai atas dapat digunakan untuk sholat seluas 67.000 m2 yang dapat menampung 90.000 jemaah. Apabila halaman masjid dipenuhi jamaah sholat, maka Masjid Nabawi dan halamannya dapat menampung 650.000 jemaah pada musim biasa (low season) dan lebih dari 1.000.000 jemaah pada musim haji atau bulan ramadhan (high season). Pada saat ini halaman Masjid Nabawi sebanding dengan kota Madinah ketika kehadiran pertama Rasulullah SAW.

FASILITAS

Sebagai masjid termegah, Masjid Nabawi mempunyai fasilitas lengkap yang tidak dimiliki masjid lain. Fasilitas yang ada pada masjid ini juga merupakan cirri khas dan keistimewaan Masjid Nabawi disbanding dengan masjid manapun. Diantara keistimewaan tersebut adalah :

(1) KUBAH. Untuk pengaturan udara dalam bangunan yang begitu besar dan luas, dibuat 27 ruang terbuka dengan ukuran masing-masing 18 x 18 m. Sebagai atapnya dibuat kubah yang bisa dibuka dan ditutup secara elektronik dan juga dapat secara manual. Setiap kubah memiliki berat 80 ton yang terbuat dari kerangka baja dan beton yang dilapisi kayu pilihan dengan hiasan relief yang bertatahkan batu mulia sejenis phirus yang sangat indah, sedangkan bagian luar atasnya dilapisi dengan keramik tahan panas.

(2) AC RAKSASA. Untuk menyejukkan masjid dibangun satu unit AC sentral raksasa di atas tanah seluas 70.000 m2 yang terletak 7 km sebelah barat masjid. Hawa dingin yang dihasilkan sistem ini dialirkan melalui pipa bawah tanah dan didistribusikan ke seluruh penjuru masjid melalui bagian bawah setiap pilar yang berjumlah 2.104 buah. Jumlah pilar pengalir udara sejuk yang fantastik tersebut merupakan ciri khas Masjid Nabawi, karena pengaturan posisi yang rapi dan keindahannya yang tiada tara. Pilar-pilar bundar dan tegar ini dibuat dari beton bergaris tengah 64 cm, kamudian dilapisi marmer tebal berwarna putih susu. Di kakinya yang kokoh itulah dipasang ventilasi untuk mengalirkan hawa dingin. Jarak antara satu pilar dengan pilar yang lain adalah 6 meter dan 18 meter. Tinggi dari lantai dasar sampai lengkungan lantai atas 5,6 m dan pada batas lengkungan itu dipajang lampu hias yang indah dan dikurung dalam sangkar berornamen lapis emas.

(3) MENARA 104 METER. Sebelum diperluas Masjid Nabawi hanya memiliki 4 buah menara, namun pada bangunan setiap pojok masjid yang megah ini telah didirikan menara-menara baru, sehingga semuanya ada 6 buah, termasuk 2 menara besar yang mengapit pintu gerbang utama ‘Pintu Raja Fahd bin Abdul Aziz’. Di puncak setiap menara baru yang berketinggian 104 meter itu terdapat ornamen bulan sabit dari bahan perunggu yang dilapisi emas murni 24 karat dengan tinggi 7 meter dan berat 4,5 ton. Pada ketinggian 87 meter dipasang sinar laser yang memancarkan cahaya ke arah Mekah sejauh 50 km untuk menunjukkan arah kiblat dinyalakan pada saat-saat tertentu (waktu sholat). Sekarang Masjid Nabawi memiliki 10 menara yang sangat bagus dan mahal.

(4) 674 LAMPU KRISTAL. Untuk menambah penerangan dan keindahan di dalam masjid yang lama (ruangan berpilar warna kuning pastel), dipasang 674 lampu-lampu kristal pilihan yang tidak membiaskan panas. Lampu cantik tersebut disusun dengan kerangka dari bahan kuningan berlapis emas berjumlah 674 buah, terdiri dari 3 macam ukuran. Yang besar berukuran garis tengah 342 cm dengan berat 485 kg (seperti yang terdapat di Roudloh), yang sedang berukuran garis tengah 140 cm seberat 145 kg, dan yang kecil berukuran garis tengah 120 cm dengan berat 125 kg. Lampu-lampu ini dipesan khusus dari Italia, produsen kristal terkenal Eropa.

(5) 12 PAYUNG RAKSASA. Pada bagian tengah Masjid Nabawi terdapat dua ruang terbuka yang setiap ruang dilengkapi 6 buah payung artistik, hasil perpaduan arsitektur modern dan teknologi canggih. Dengan dukungan dana yang tidak sedikit lahirlah sebuah karya yang patut dibanggakan berupa 12 payung raksasa peneduh panas yang dapat terbuka dan tertutup secara otomatis yang diatur oleh sistem komputer. Selain itu melalui sebagian batang tubunya dipasang AC yang secara otomatis pula memancarkan hawa dingin.

(6) BASEMENT 73.500 M2. Di bawah bangunan baru terdapat basement seluas 73.500 m2 dan tinggi 4,5 m yang dipergunakan untuk menempatkan pusat-pusat pengaturan elektronik, mekanik, sound system, serta air conditioner. Dalam usaha untuk keperluan darurat apabila listrik padam, disiapkan pembangkit listrik yang terdiri dari 8 unit yang menghasilkan 2,5 MW, yaitu untuk mensuplai listrik di seluruh bangunan masjid dan halaman sekitarnya.

(7) TEMPAT PARKIR UNTUK 4.500 MOBIL. Luas halaman Masjid Nabawi yang dipersiapkan untuk dapat digunakan sebagai areal sholat di Masjid Nabawi adalah 206.000 m2 yang diperkirakan dapat menampung 400.000 jemaah. Halaman ini berlantai granit dan marmer putih yang didesain sedemikian rupa sehingga menampakkan bentuk seni arsitektur Islam. Di bawah lantai ini terdapat konstruksi raksasa, terdiri dari dua lantai bawah tanah untuk parker seluas 292.000 m2 yang dapat menampung 4.500 mobil. Juga terdapat beberapa fasilitas lainnya, seperti toilet sebanyak 2.500 unit, tempat wudhu 6.800 pancuran dan tempat minum air dingin bertaburan di 560 lokasi. Untuk masuk dan keluar dari areal bawah tanah ini disediakan jalur untuk pejalan kaki dengan tiga sistem, yaitu tangga biasa, tangga jalan dan lift. Sedangkan untuk mobil disediakan 6 pintu yang langsung bertemu dengan jalan-jalan raya utama seputar masjid yang berakses langsung ke seluruh penjuru kota Madinah.

(8) TANAH TERMAHAL. Untuk dapat memperluas masjid tersebut, pemerintah Raja Fahd harus mengeluarkan dana yang sangat mahal, boleh jadi lebih mahal dari bangunan-bangunan keajaiban dunia peninggalan sejarah lainnya karena harus menggusur bangunan toko dan hotel bertingkat permanen yang sudah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu. Untuk membangun first ring road (jalan lingkar pertama) saja terpaksa digusur ratusan gedung. Para pemilik tanah atau gedung yang tidak mampu membangun sesuai perencanaan kota tersebut disarankan ‘bergabung’ dengan yang mampu atau ‘tukar tambah’ dengan lokasi baru yang berada di pinggir kota. Proyek ini telah menyebabkan harga tanah di Madinah sangat mahal, dan dinyatakan oleh sebuah majalah bisnis Timur Tengah sebagai tanah termahal di dunia. Berdasarkan konversi bulan Muharam 1413 H atau Juli 1992 M harga tanah yang berada di sebelah utara Masjid Nabawi, per meter persegi mencapai SR 250.000 atau US$ 67.000 padahal harga tanah saat itu di kawasan elit kota New York Amerika US$ 26.000.

TEMPAT BERNILAI SEJARAH

Selain fasilitas-fasilitas tersebut di atas, di dalam Masjid Nabawi juga terdapat sejumlah tempat istimewa yang bernilai sejarah. Diantaranya ialah :

(1) PUSARA NABI MUHAMMAD SAW. Pusara Nabi Muhammad SAW terletak di sudut timur Masjid Nabawi yang dahulu dinamakan Maqshurah. Di situ dahulu terdapat dua rumah, yaitu rumah tangga Nabi Muhammad SAW dengan Siti Aisyah dan rumah Ali dengan Siti Fatimah RA. Setelah Rasulullah SAW wafat pada tahun 11 H (632 M) rumah Nabi terbagi dua, yaitu bagian arah kiblat (selatan) untuk makam Nabi dan yang sebelah utara untuk tempat tinggal Siti Aisyah RA. Sejak tahun 678 H (1279 M) di atasnya dipasang Kubah Hijau (Green Dome) sampai sekarang. Jadi persis di bawah Green Dome inilah jasad Rasulullah SAW dimakamkan. Kalau kita melihat Green Dome berarti melihat makam Nabi. Dan tentu juga makam kedua sahabat beliau, yaitu Abu Bakar Shiddiq dan Umar bin Khattab RA yang dimakamkan di bawah kubah itu berdampingan dengan makam Nabi. Maka lokasi dimana dahulu terdapat rumah Nabi kini dijuluki ‘makam tiga manusia mulia’. Setelah masjid diperluas, makam Nabi, Abu Bakar dan Umar dimasukkan ke dalam bangunan masjid. Pada bangunan ini terdapat empat buah pintu, yaitu :

  1. Pintu di sebelah kiblat, dinamakan At-Taubah.
  2. Pintu di sebelah timur, dinamakan Fatimah.
  3. Pintu di sebelah utara, dinamakan Tahajjud.
  4. Pintu di sebelah barat ke Roudloh sudah ditutup.

Kalau kita sedang berada di Roudloh dan menghadap kiblat, pusara Nabi berada di sebelah kiri kita, yaitu bangunan persegi empat berwarna hijau tua yang anggun berwibawa dan menebarkan bau wangi-wangian.

(2) ROUDLOH. Roudloh yaitu lokasi yang ada di dalam Masjid Nabawi, posisinya terletak antara Mimbar dan makam Nabi, yang sekarang ditandai oleh pilar-pilar berwarna putih dengan ornamen yang khas sedangkan lantainya dilapisi permadani wool yang sangat indah dan unik. Roudloh juga disebut Taman Surga berdasarkan hadits Nabi yang berbunyi (artinya), ‘Diantara rumahku dan mimbarku adalah sebagian taman surga’ (Muttafaq ‘alaih).

Pengertian Roudloh sebagai taman surga pada hadits di atas terdapat beberapa pendapat para ahli, antara lain sebagai berikut :

a. Bahwa Allah SWT menurunkan rahmat-Nya dan berbagai kebahagiaan di tempat itu, karena di tempat itu dilakukan zikir dan pemujaan kepada Allah, yang karenanya dijanjikan surga.

b. Tempat itu kelak setelah kiamat benar-benar akan dipindahkan oleh Allah SWT ke surga, sehingga ia menjadi bagian dari taman surga yang hakiki.

c. Orang-orang yang pernah berdoa di Roudloh akan melihatnya di surga.

Sesuai dengan hadits Nabi yang menyatakan bahwa letak Roudloh adalah antara rumah dan mimbar Nabi, maka luas Roudloh itu sekitar 22 m x 15 m, yakni jarak antara rumah Nabi dan mimbarnya kurang lebih 22 meter dan panjang ke belakang kurang lebih 15 meter.

Roudloh adalah satu tempat yang maqbul untuk berdoa, karenanya tempat ini selalu dipadati oleh jemaah. Tempat ini menjadi rebutan jemaah pria. Jemaah wanita tidak bisa sholat wajib di Roudloh, karena seluruh shaf diisi oleh jemaah pria. Jemaah wanita diberi kesempatan untuk sholat sunat di Roudloh pada waktu Dhuha, dari pagi sampai menjelang sholat zhuhur.

Di Roudloh terdapat beberapa tiang (usthuwaanah) yang penting. Tiang-tiang tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tiang Siti Aisyah. Tiang ini yang disebut Usthuwaanah Aisyah, terletak di tengah Roudloh, yakni tiang yang ketiga dari mimbar dan dinding makam rasulullah SAW. Di tengah tiang ini terdapat tulisan dalam bahasa Arab : Usthuwaanah Aisyah.

b. Tiang taubah. Tiang ini disebut Usthuwaanah At-taubah. Tiang At-Taubah ini terletak antara tiang Aisyah dan tiang As-Sarir (dinding makam Rasulullah SAW). Tiang ini terkenal juga dengan tiang Abu Lubabah (Usthuwaanah Abu Lubabah).

c. Tiang As-Sarir (Usthuwaanah As-Sarir). As-Sarir artinya tempat tidur. Tiang As-sarir letaknya sebelah timur (disamping) tiang At-Taubah, menempel pada dinding makam Rasulullah SAW.

d. Tiang Al-Haras (Usthuwaanah Al-Haras). Tiang ini menempel pada dinding makam Rasulullah SAW sebelah utara tiang As-sarir. Tiang ini bersejarah karena di situlah para sahabat mengawal Nabi dan menjadikan tempat itu sebagai pos keamanan untuk keselamatan dan keamanan Rasulullah SAW, sampai dating jaminan keamanan dari Allah SWT untuk Rasulullah SAW melalui firman-Nya :

Artinya, ‘Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia’ (QS Al-Maidah : 67)

e. Tiang Al-Wufud (Usthuwaanah Al-Wufud). Tiang ini terletak paling utara dari tiang As-Sarir dan tiang Al-Haras. Letaknya menempel pada dinding makam Rasulullah SAW. Tiang Al-Wufud ini asalnya adalah tempat Rasulullah menerima tamu-tamu pentingnya, baik para petinggi Arab maupun orang-orang mulia dan terkemuka dari para sahabat.

Semua tiang bersejarah itu hingga kini masih tetap dipelihara dan ada pada tempatnya. Setiap jemaah yang mengunjungi Masjid Nabawi dapat menyaksikannya.

Selain daripada itu, di Roudloh juga terdapat Mimbar Nabi. Mimbar Nabi ada tiga tingkat, terbuat dari kayu yang diambil dari sebuah hutan di bagian utara kota Madinah. Pada tahun 8 H, Rasulullah SAW memakai mimbar ini, duduk pada bagian yang paling atas kaki beliau di tingkat kedua. Pada waktu Abu Bakar Shiidiq RA menjadi khalifah, beliau duduk di tingkat kedua dan kakinya di bagian yang paling bawah. Dan Umar bin Khattab RA duduk di tingkat yang paling bawah dan kakinya menyentuh lantai. Usman bin Affan RA meniru cara duduk Umar bin Khattab RA selama 6 tahun, kemudian naik ke atas, duduk pada posisi duduk Nabi Muhammad SAW.

Pada saat Mu’awiyah pergi haji beliau menambahkan beberapa tiang pada Mimbar Rasulullah SAW itu dan yang asli diletakkan pada bagian yang paling atas. Semuanya menjadi 9 tingkat dengan tempat duduknya. Para khalifah berdiri pada tingkat yang ke-tujuh yaitu tingkat pertama Mimbar Rasulullah SAW, kebiasaan ini terus berlanjut sampai terjadi kebakaran tahun 654 H / 1256 M yang sempat menyentuh mimbar ini.

Sejak saat itu orang tidak bisa lagi duduk di tempat berkah tersebut. Sebagai penggantinya dibuatlah mimbar oleh penguasa Yaman, Al-Muzhoffar tahun 656 H/1258 M dan pada tahun 666 H/1268 M diganti lagi dengan mimbar yang baru yang dikirim Azh-Zhohir Bibris. Dan kemudian terjadi beberapa kali pergantian, yaitu pada tahun 797 H oleh Barquq, tahun 820 H oleh Al-Muayyad. Terbakar lagi pada tahun 886 H/1481 M. Penduduk Madinah kemudian membuat mimbar baru dari batu bata yang dicat kapur dan inipun kembali diganti oleh Qoyit Bey dengan mimbar dari marmer tahun 888 H/1483 M.

Oleh Sultan Murad III, mimbar marmer itu dibawa ke Quba dan dikirim kubah baru tahun 998 H. Mimbar ini sangat bagus dan rapi, terbuat dari marmer tetapi luarnya dipoles emas dan berbentuk ukiran. Bagian atasnya berbentuk kubah dengan empat tiang penyangga. Di atas pintunya ada tulisan ayat Al-Quran yang selalu nampak seperti baru selesai disepuh emas. Pemerintah Arab Saudi mengecatnya dengan air emas asli. Mimbar ini diletakkan persis pada posisi Mimbar Rasulullah SAW, sebelah barat Mihrab Nabi Muhammad SAW. Berjumlah 12 tingkat (tangga), tiga di luar pintu mimbar dan 9 tingkat berada di dalamnya.

Dalam kitab Khulashoh Al-Wafa halaman 145 disebutkan ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sahl Ibn Sa’ad ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Mimbarku adalah pintu (tir’ah) dari pintu-pintu surga’. Sahl Ibn Sa’ad menjelaskan bahwa kata tir’ah artinya pintu, tetapi ada juga yang berpandangan bahwa kata itu artinya sebuah taman yang berada di tempat yang tinggi, atau berarti sebuah tingkat.

Dalam kitab Akhbar Madinah Al-Rasul disebutkan, Mimbar Nabi mempunyai keutamaan karena disebut dalam sebuah hadits yang terkenal, ‘Antara rumah dan mimbarku adalah roudloh (taman) yang merupakan bagian dari taman surga, dan mimbarku berada di telagaku’.

Tiang Harum Mukhallaqah adalah tiang yang diletakkan pada 4 batang yang digunakan Rasulullah SAW berkhutbah sebelum dibuatnya mimbar. Dalam kitab Al-Wafa bi Ahwal al-Mushthafa Juz I halaman 490 diterangkan, Ibnu Buraidah menyebutkan bahwasanya Nabi Muhammad SAW bila berdiri khutbah dan lama merasa berat, maka dibawalah sebatang korma yang ditancapkan di sampingnya, sehingga bila beliau berkhutbah dan lama berdiri bisa bersandar pada batang itu.

KISAH RINTIHAN TANGIS BATANG KURMA

Rintihan tangis batang kurma adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelumnya. Banyak riwayat menceritakan kejadian ini, diantaranya sebuah riwayat dari Ubay bin Ka’ab, dia berkata, ‘Adalah Rasulullah SAW sholat dekat batang kurma, sebab dulu masjidnya dekat pelepah kurma, beliau juga berkhutbah pada batang itu, sampai seorang sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau izinkan jika kami buatkan sesuatu untuk berdiri di hari Jumat, agar orang bisa melihat dan mendengarkan suaramu’, beliau berkata, ‘ya’, maka dibuatlah mimbar tiga tingkat’.

Setelah dibuat, mimbar itu diletakkan di tempat berdiri Rasulullah SAW, dan ketika Rasulullah SAW akan menuju mimbar beliau melewati batang kurma yang dulu digunakannya berkhutbah. Tatkala dilewati batang itu menjerit hingga terbelah, saat jeritan itu terdengar, Rasulullah SAW turun dan mengusapnya dengan tangan hingga tenang, kemudian kembali ke mimbar. Bila sholat, beliau juga sholat di tempat itu. Ketika Masjid Nabawi dipugar dan diperbaiki, batang kurma itu diambil oleh Ubay bin Ka’ab dan disimpan di rumahnya sampai hancur dimakan rayap.

Pada riwayat Jabir yang disohihkan oleh Imam Bukhari dijelaskan bahwa suara jeritan itu seperti suara rintihan unta yang sedang hamil 10 bulan.

(3) MIHRAB. Mihrab atau maharib (jamak) adalah satu cekungan kecil tempat imam memimpin sholat dan sekaligus berfungsi sebagai pemandu arah kiblat. Secara harfiyah, mihrab berarti gedung tinggi atau pagar. Di dalam Al-Quran kata mihrab disebutkan sebanyak lima kali. Empat dalam bentuk tunggal dan satu dalam bentuk jama’. Kelima kata mihrab (maharib) itu masing-masing terdapat dalam surat Ali Imran ayat 37 dan 39, surat Maryam ayat 11, surat Shad ayat 21 dan surat Saba ayat 13. Beberapa ayat di atas mengisyaratkan bahwa mihrab telah dikenal dalam sejarah nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.

Mihrab Masjid Nabawi dibangun pertama kali pada tanggal 15 Sya’ban tahun 2 H yaitu setelah Rasulullah SAW menerima perintah dari Allah SWT memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Baitullah Mekah. Kini Masjid Nabawi memiliki 5 buah mihrab, yaitu :

1. Mihrab Majidi, terletak di sebelah utara dakkatul Auhowal, suatu tempat agak tinggi yang memisahkan antara Mihrab Tahajjud dan Mihrab Al-Majidi. Panjang Mihrab Al-majidi ini 12 meter dengan tinggi 0,5 meter. Pada masa itu di tempat ini berkumpul para Ahlus-Sufah, satu kelompok muslim yang tidak mempunyai tempat tinggal dan hanya berdiam di halaman-halaman masjid.

2. Mihrab Nabawi, terletak di sebelah timur mimbar. Mihrab ini mula-mula dipakai oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu memimpin sholat berjamaah. Mihrab tersebut merupakan hadiah dari Qait Bey, Mesir.

3. Mihrab Sulaiman, terletak di sebelah kiri mimbar, dimana bentuk mihrab ini menyerupai Mihrab Nabawi. Mihrab tersebut dibangun pada tahun 938 H yang merupakan hadiah dari Sultan bin salim, Turki.

4. Mihrab Tahajjud, terletak di sebelah utara jendela makam Rasulullah SAW dengan ukuran bentuk lebih kecil dari Mihrab Nabawi. Pada masa itu di Mihrab ini Rasulullah SAW sering melakukan sholat tahajud.

5. Mihrab usmani, terletak di tengah-tengah dinding arah kiblat yang hingga kini masih dipergunakan untuk imam memimpin sholat berjamaah.

Selain mempunyai mihrab-mihrab tersebut, Masjid Nabawi juga mempunyai 6 buah pintu utama.Pintu-pintu tersebut adalah (arah menghadap kiblat) : Pintu As-Salam, Pintu Ash-Shiddiq dan Pintu Ar-Rahmat di sebelah kanan masjid, sedang di sebelah kiri masjid terdapat : Pintu An-Nisa, Pintu Jibril, dan Pintu Baqi’.

KEUTAMAAN SHOLAT DI DALAM MASJID NABAWI

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa, dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang sholat di masjidku ini empat puluh sholat dan tidak tertinggal satu sholat pun (berturut-turut) maka akan bersih (terlepas) dari siksa neraka, lepas dari azab, dan bersih dari kemunafikan’ (HR Ahmad).

Dari hadits ini kemudian muncul istilah arba’in yang berarti empat puluh. Setiap jemaah haji berusaha untuk mendapatkan arba’in di Masjid Nabawi ini. Caranya ialah dengan melakukan sholat fardhu selama 8 hari berturut-turut tanpa putus.

Para ulama berbeda pendapat tentang kekuatan hadits arba’in ini. Al-Mundziri, seorang ahli hadits mengatakan bahwa perawi hadits di atas semuanya adalah tsiqot (shohih). Ibnu Hajar berpendapat bahwa salah seorang perawi hadits yang bernama Nabith bin Umar diragukan ketsiqotannya oleh sebagian ahli hadits.

Sholat 40 waktu (arba’in) di Masjid Nabawi di atas dapat pula dikaitkan dengan hadits Nabi yang mengatakan bahwa, ‘Siapa yang sholat berjamaah (dengan ikhlas karena Allah SWT) selama 40 hari berturut-turut sejak takbiratul ihram yang pertama, maka dia akan lepas dari kemunafikan’ (Hadits Hasan).

Hadits di atas menjelaskan keutamaan sholat berjamaah pada selain Masjid Nabawi. Kalau di Masjid Nabawi diperlukan 40 waktu, sedang di luar Masjid Nabawi diperlukan 40 hari agar terlepas dari azab Allah SWT. Disamping itu, adanya kesamaan jumlah 40 dalam dua hadits tersebut yang kemungkinan diharapkan dari jumlah itu akan membentuk kebiasaan untuk melaksanakan sholat berjamaah.



Leave a Comment so far
Leave a comment



Leave a comment